Hey.
Hari ini saya rasakan dan lalui lumayan berbeda dari hari biasa karena saya baru saja merayakan hari penting dengan orang terdekat saya. Tentunya dengan perayaan tersebut, baru saya sadari bahwa materi yang telah di hamburkan demi merayakan suatu hal, terkadang bisa jauh lebih bermanfaat bagi orang di sekitar kita untuk hal-hal yang tentunya jauh lebih penting dan berguna.
Siapakah orang tersebut? Ya, itu lah yang akan saya ceritakan dengan para pembaca tersayang. Yaitu "Sosok Orang Pinggiran di Sekitar Kita".
Saya bukan menceritakan tentang orang yang hidup di pinggiran jalan. Karena sebenarnya Bapak Allan memberikan tema yang memiliki arti luas.
Saya ingin menceritakan tentang orang-orang yang tidak seberuntung kita.. dalam berbagai hal.
Karena mungkin cerita tentang orang yang kekurangan dibidang ekonomi persentasinya lebih banyak, saya akan menceritakan tentang anak-anak yang hidup sebatang kara, dibuang oleh kedua orang tuanya, dan bahkan memiliki virus yang berbahaya dan mematikan yang hingga sekarang belum ditemukan obatnya, yaitu HIV atau AIDS.
Untuk lebih memperjelas lagi, HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan pada tubuh. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang menjadi suatu momok menakutkan bagi banyak orang karena akan menimbulkan kematian dan berpotensi besar untuk terjadinya penularan bagi orang lain.
Mereka tidak bisa memilih lahir dalam keadaan seperti apa. Mereka terlahir dengan membawa virus yang ditakuti semua orang sejak lahir karena ketidak tanggung jawaban dan perbuatan orang tuanya.
Mungkin itu terjadi karena perbuatan remaja dibawah umur yang melakukan hubungan intim di luar ikatan pernikahan dan membuang anaknya begitu saja. Tidak sedikit anak-anak yang mengidap AIDS di sekitar kita.
Mengetahui kejadian seperti ini membuat saya pribadi sedih dan marah. Karena kesalahan hina dan ketidak manusiaan dari orang tua kandungnya sendiri, anak yang merupakan titipan suci dari Tuhan harus menanggung infeksi, kesakitan fisik, kesakitan batin yang dibuang dan ditolak oleh lingkungan sekitarnya, anak-anak tidak berdosa ini dianggap seperti monster atau makhluk seram pembawa penyakit oleh orang-orang, mereka mengangap anak-anak tersebut mengerikan dan rendah seakan mereka tidak berhak memiliki harapan untuk hidup sama seperti anak-anak yang lainya disamping menahan kesakitan dalam tubuhnya.
Dari hal tersebut bisa kita artikan dan analisis bersama bahwa anak-anak tersebut TERPINGGIRKAN padahal sebenarnya semangat dan harapan dalam hatinya yang masih bersih, jauh lebih tinggi dari pada kita semua yang lebih beruntung dari pada mereka.
Sungguh sangat menyedihkan bukan?
Saya tidak mengerti lagi apa yang akan terjadi pada anak-anak yang bernasib malang tersebut hingga akhirnya saya mengetahui ada seorang sosok luar biasa bak pembawa matahari pada kegelapan bagi mereka.
Sosok tersebut adalah Bapak Puger Mulyono.
Sosok luar biasa ini lah yang mendirikan rumah singgah bagi anak-anak yang terpinggirkan, tertolak dan terbuang ini yang bernama Lentera yang terletak di Yogyakarta, Indonesia.
Siapakah sosok Bapak Puger Mulyono?
...................................
....................................
....................................
....................................
Dengan sangat bangga, saya memberitahu pembaca tersayang saya.. Bahwa Bapak Puger ini adalah seorang JURU PARKIR di Yogyakarta yang tidak lain dan tidak bukan adalah sosok pinggiran juga.
Heran? Saya bertanya. Apa kalian heran? Takjub?
Untuk memenuhi kebutuhan hidup atau sekedar makan dan minum setiap harinya saja, Bapak Puger belum tentu berlebih. Namun dengan kesederhanaan ini dia menyimpan harapan yang begitu mulia. "Saya berharap mereka ke depan bisa sampai ke cita-citanya. Mereka mendapatkan hak-haknya. Mereka bisa hidup di masyarakat hingga dewasa." Subhanallah.
Bahkan seorang sosok pinggiran yang penghasilanya kurang dari lima puluh ribu rupah ini ingin anak-anak yang terpinggirkan untuk hidup lebih pantas.
Sambil menangis dia menceritakan rasa iba dan kasih sayang yang tulus pada anak-anak kurang beruntung tersebut.
Dengan bergelimang air mata ia bercerita bahwa ada anak yang ditemukan di dalam Hutan, di dalam kerdus kumuh di pinggir jalanan, dan bahkan ada orang tua yang membuangnya di kandang ayam. Itulah yang dijadikan Bapak Puger sebagai semangatnya mencari rezeki yang halal bagi mereka.
Dengan niat suci dan tekad positif Bapak Puger Mulyono, kini rumah singgah lenteranya yang sudah didirikan sejak tahun 2012 sudah mengadopsi sebanyak 98 anak-anak yang mengidap HIV AIDS.
Ini lah beberapa anak-anak yang berada di rumah singgah lentera Bapak Mulyono.
Dari analisis yang saya temukan, rumah singgasana lentera ini
sesungguhnya sangat sederhana. Namun melihat kebahagiaan mereka seperti
mereka tengah tinggal di dalam Surga.
Mereka dapat bermain sesuka hati mereka, makan dan minum tanpa kekurangan. Mereka memiliki keluarga yang mau dan tidak enggan untuk menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing dari mereka. Bahkan mereka dapat SEKOLAH. Mengantarkan mereka sekolah menjadi kebiasaan Bapak Puger Mulyono sebelum dia melanjutkan tugasnya sebagai juru parkir.
Dia dengan penuh kasih mengobati anak-anak yang merintih kesakitan, memberi suntikan untuk meredakan kesakitan mereka, dan dengan ikhlas merawat dan membibing malaikat-malaikat kecil di rumah singgah lenteranya.
Pernahkan terbesit satu detik saja di pikiran kalian bahwa seorang juru parkir bisa melakukan semua itu? Jangan pandang orang dari hanya sebelah mata.
Profesi tidak menentukan, tapi dengan ketulusan itulah yang membuat derajat Bapak Mulyono semakin tinggi. Mari kita renungkan betapa beruntungnya kita dibandingkan dengan orang di sekeliling kita. Kita gunakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan dengan sebaik-baiknya.
Tema ini bukanlah tema yang mudah. Sungguh sulit untuk mendalami tema ini, namun sosok Bapak Puger ini sangat menginspirasi dan saya harap ada sosok Puger-Puger lainya di dunia yang semakin lama semakin kejam ini.
Sekian dari saya, mohon maaf bila ada salah dalam berkata.
Saya berharap kita semua dapat terinspirasi dan termotivasi. Terimakasih banyak :)
Mantap della...
BalasHapusNah dari tema ini kelihatan perkembangam pola kedewasaanmu.
Bapak memang mengharaplan itu tertanam pada kalian. Satu kata peduli. Dua kata ayo wujudkan
Tulisanmu ini ngena banget pas bapak baca, terimakasih nak.
Oh iya bapak ingin menambahkan perihal tema ini sebenarnya maksud dan tujuan Bapak adalah mengantarkan siswa-siswi bapak untuk lebih menghargai apa yang sudah didapatkan.
BalasHapusKarena paling tidak Saya menyadari bahwa teman-teman Bella yang bersekolah di SMA Mimi ini merupakan teman-teman yang cukup beruntung secara perekonomian dan Bapak tidak ingin menjadi orang yang sombong ketika kelak ia dewasa. Bapak justru ingin Ayo berlomba-lomba untuk peduli kepada orang lain dan paling tidak harus memiliki semangat yang sama dengan orang tua yang sudah sukses kita wajib berpacu untuk lebih sukses minimal menyamai orang tua kita.
Setelah kita sukses diharapkan tidak lupa dengan perjuangan perjuangan selama perjalanan. Dalam perjalanan tersebutlah kita akan tahu bahwa selalu ada makna dibalik kesusahan selalu ada hikmah dibalik hal yang pelik untuk dipecahkan.
Oh iya bapak ingin menambahkan perihal tema ini sebenarnya maksud dan tujuan Bapak adalah mengantarkan siswa-siswi bapak untuk lebih menghargai apa yang sudah didapatkan.
BalasHapusKarena paling tidak Saya menyadari bahwa teman-teman Bella yang bersekolah di SMA Mimi ini merupakan teman-teman yang cukup beruntung secara perekonomian dan Bapak tidak ingin menjadi orang yang sombong ketika kelak ia dewasa. Bapak justru ingin Ayo berlomba-lomba untuk peduli kepada orang lain dan paling tidak harus memiliki semangat yang sama dengan orang tua yang sudah sukses kita wajib berpacu untuk lebih sukses minimal menyamai orang tua kita.
Setelah kita sukses diharapkan tidak lupa dengan perjuangan perjuangan selama perjalanan. Dalam perjalanan tersebutlah kita akan tahu bahwa selalu ada makna dibalik kesusahan selalu ada hikmah dibalik hal yang pelik untuk dipecahkan.